Sarangan...
Sang danau asal Magetan city. Kilau air pancarkan kewibawaan, kabut hembuskan aura sang Dewa. Tersohor sampai penjuru Nusantara. Bahkan berencana go Internasional hahaha.... Terlalalu berlebihan ya :D
Boleh di bilang acara kali ini datang tanpa sengaja. Berkunjung ke Sarangan yang notabennya merupakan obyek wisata dan basi di Jawa Timur. As i'm, tempat ini tak terlalu istimewa. Danau dibumbui perahu kecil dan terkelilingi beberapa hotel kecil. Mungkin suasana sore hari agak kurang cocok disana, so kurang membekas di hati.
Wednesday, April 16, 2008
Wednesday, April 02, 2008
Bandung 20-23 Maret 2008 (part 2)
Tujuan pertama tentu kawah gunung Tangkuban Perahu. Karena bangun kesiangan, sarapan snack harus dianggap cukup. Berbekal 3 motor kami berenam (plus teman fajar) merayap ke lokasi. Di sela perjalanan kebun strowberry sungguh merangsang jakun untuk bergerak naik turun. Tentunya kebun dibuat memang untuk wisata keluarga. Mobil-mobil berjejer menunggu sang tuan bersama istri dan anaknya menikmati buah-buah itu 5 detik setelah dipetik. Dalam hati aku bergumam:"Hey kebun, jangan sombong dulu! Tunggu aq 5 tahun lagi. Kupastikan saat itu istri dan anak pertamaku yang berusia 3 tahun akan mendampingiku untuk menikmati buahmu. Camkan itu...!!! he2..."
Hari-hari libur sepertinya memang tengah bersekongkol untuk memindahkan kemacetan kota. Pelat nomor "B" terasa begitu dominan. Berduyun-duyun rapat hanya untuk menyaksikan keindahan kawah Sangkuriang. Susu putih nan kental mengalir di gelas bebatuan. kabut tipis menyembul menambah aroma hangat sulfida. Para banci foto seakan tak mau ketinggalann. Bergaya di tepi tebing bersandar pagar menjadi oleh-oleh yang luar biasa. Dan pastinya tidak akan didapatkan di pasar.
Ah pabrik penggiling nasi rupanya benar-benar kehabisan order. Kasihan dia, dari pagi nbelum mencium beras. hanya menumbuk potongan-potongan kecil wafer coklat. Dan senyumnya mulai berseri kuisi dengan satu piring nasi + kakap. Tak lupa kutuangkan teh tawar ciri khas Sunda sebagai bonus wajib.
Sholat Jumat
Sang waktu sudah merambat ke jam satu siang. Kawasan hutan Ir Juanda menjadi agenda berikutnya. Dengan formasi standart, segera kami berangkat. Sampai disana, ternyata si Dedi masih masih saja punya teman (lumayan buat tempat parkir hehe..). Dan menariknya dia tahu jalan pintas masuk tanpa melewati loket (lumayan gratis lagi :D). Suasana hutan Ir Juanda masih seperti perawan. Walau sudah dimodifikasi sana-sini kesejukan tetap tertiup di seantero hutan. Sedikit banyak, kesadaran penduduk sekitar untuk menjaga kelestarian patut dibanggakan. Gua-gua masih terlihat sangar penuh wibawa. Air terjun masih menyembulkan air seakan tiada habisnya. Tak heran kalau melihat banyak pengunjung rela bawa peralatan lengkap untuk bercamping ria. Bahkan ada pasangan mengambil background untuk foto prewedding. jadi iri...:)
Menjelang sore tibalah saatnya kembali ke kota. Mencicipi atmosfir BIP yang tidak jauh beda dari kota-kota besar Indonesia lainnya. Kalau ada nilai lebih itu karena kualitas kesehatan mata yang lebih terjamin :) selebihnya sama dengan lainnya.
-------------------------------------------------------------------------------------
Hari Sabtu formasi berubah. Suntikan bantuan dari new team Jakarta sungguh berarti untuk membungkam kesombongan kawah putih Ciwidey. Rute perjalanan menjelang puncak cukup menantang. Beberapa mobil tampak parkir di tepi jalan tanjakan untuk mengambil nafas sejenak. Tak terkecuali kami dengan motor butut harus menambah man power untuk tanjakan-tanjakan diluar toleransi.
Kawah putih ternyata tidak sesuai namanya. Pigmen hijau dominan menutup permukaan. Pekat belerang menusuk hidung sampai mata. Tapi justru karena itu banyak manusia berduyun-duyun berkunjung ke sana. Keindahan di mata menutup semua kekurangan. Dan sekali lagi, tempat ini mempunyai daya tarik tersendiri untuk manjadi bacground foto serba guna. Tapi sayang masih ada kekurangan di kawasan ini. Dia ternyata tak mampu menutup rasa lapar, bahkan sekalipun sudah dibantu snakc satu goni :D dan terpaksa kami harus mengakhiri kenikmatan ini untuk hal yang lebih penting.
Malam terakhir datang juga. Keliling kota merupakan alternatif paling masuk akal. Mencari cindera mata untuk sekedar oleh-oleh ke Surabaya. Tidak terlalu malam, karena istirahat lebih penting untuk perjalanan pulang besok pagi. Thanks to Fajar, Suko, Rendy, Kopral and your team from JKT for your support. Also Lukman that gave the opportunity to spend the nights. I hope we could meet in other time...
Hari-hari libur sepertinya memang tengah bersekongkol untuk memindahkan kemacetan kota. Pelat nomor "B" terasa begitu dominan. Berduyun-duyun rapat hanya untuk menyaksikan keindahan kawah Sangkuriang. Susu putih nan kental mengalir di gelas bebatuan. kabut tipis menyembul menambah aroma hangat sulfida. Para banci foto seakan tak mau ketinggalann. Bergaya di tepi tebing bersandar pagar menjadi oleh-oleh yang luar biasa. Dan pastinya tidak akan didapatkan di pasar.
Ah pabrik penggiling nasi rupanya benar-benar kehabisan order. Kasihan dia, dari pagi nbelum mencium beras. hanya menumbuk potongan-potongan kecil wafer coklat. Dan senyumnya mulai berseri kuisi dengan satu piring nasi + kakap. Tak lupa kutuangkan teh tawar ciri khas Sunda sebagai bonus wajib.
Sholat Jumat
Sang waktu sudah merambat ke jam satu siang. Kawasan hutan Ir Juanda menjadi agenda berikutnya. Dengan formasi standart, segera kami berangkat. Sampai disana, ternyata si Dedi masih masih saja punya teman (lumayan buat tempat parkir hehe..). Dan menariknya dia tahu jalan pintas masuk tanpa melewati loket (lumayan gratis lagi :D). Suasana hutan Ir Juanda masih seperti perawan. Walau sudah dimodifikasi sana-sini kesejukan tetap tertiup di seantero hutan. Sedikit banyak, kesadaran penduduk sekitar untuk menjaga kelestarian patut dibanggakan. Gua-gua masih terlihat sangar penuh wibawa. Air terjun masih menyembulkan air seakan tiada habisnya. Tak heran kalau melihat banyak pengunjung rela bawa peralatan lengkap untuk bercamping ria. Bahkan ada pasangan mengambil background untuk foto prewedding. jadi iri...:)
Menjelang sore tibalah saatnya kembali ke kota. Mencicipi atmosfir BIP yang tidak jauh beda dari kota-kota besar Indonesia lainnya. Kalau ada nilai lebih itu karena kualitas kesehatan mata yang lebih terjamin :) selebihnya sama dengan lainnya.
Hari Sabtu formasi berubah. Suntikan bantuan dari new team Jakarta sungguh berarti untuk membungkam kesombongan kawah putih Ciwidey. Rute perjalanan menjelang puncak cukup menantang. Beberapa mobil tampak parkir di tepi jalan tanjakan untuk mengambil nafas sejenak. Tak terkecuali kami dengan motor butut harus menambah man power untuk tanjakan-tanjakan diluar toleransi.
Kawah putih ternyata tidak sesuai namanya. Pigmen hijau dominan menutup permukaan. Pekat belerang menusuk hidung sampai mata. Tapi justru karena itu banyak manusia berduyun-duyun berkunjung ke sana. Keindahan di mata menutup semua kekurangan. Dan sekali lagi, tempat ini mempunyai daya tarik tersendiri untuk manjadi bacground foto serba guna. Tapi sayang masih ada kekurangan di kawasan ini. Dia ternyata tak mampu menutup rasa lapar, bahkan sekalipun sudah dibantu snakc satu goni :D dan terpaksa kami harus mengakhiri kenikmatan ini untuk hal yang lebih penting.
Malam terakhir datang juga. Keliling kota merupakan alternatif paling masuk akal. Mencari cindera mata untuk sekedar oleh-oleh ke Surabaya. Tidak terlalu malam, karena istirahat lebih penting untuk perjalanan pulang besok pagi. Thanks to Fajar, Suko, Rendy, Kopral and your team from JKT for your support. Also Lukman that gave the opportunity to spend the nights. I hope we could meet in other time...